Pembelajaran kontekstual
Dalam pendidikan, proses pembelajaran perlu kreativitas dengan tetap memperhatikan aspek kognitifnya. Kreativitas yang dilakukan dengan tetap memperhatikan terhadap aspek kognitif dilandasi oleh kenyataan bahwa perkembangan usia siswa, konteks budaya dan berbagai hal yang perlu dicari, bersifat menyapa aspek imaginatif, menatik dan menyenangkan, tanpa meninggalkan aspek pembelajaran secara utuh (kognitif-afektif serta psikomotorik).
Untuk itu ada beberapa hal yang perlu menjadi sikap atau cara pandang kita, yaitu:
1. Terbuka dan berupaya mencari berbagai kemungkinan, baik dari orang lain, buku, referensi internet dan sebagainya, agar pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
2. Utuh dan fleksibel dalam mengemas pembelajaran.
3. Terlibat secara penuh untuk mengamati, menganalisis, memahami gaya belajar dan kemampuan masing-masing siswa sehingga dapat menentukan metode yang tepat dalam pembelajaran.
4. Memotivasi siswa untuk berkeinginan belajar secara terus menerus dan memberi peluang untuk belajar sesuai dengan kemampuannya.
Pembelajaran semacam ini lebih dikenal dengan pembelajaran kontekstual. Ini merupakan suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari, yaitu dengan konteks kehidupan pribadi, sosial dan budayanya.
Implementasi pembelajaran kontekstual memungkinkan siswa untuk memperkuat, memperluas, mampu menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademisnya dalam berbagai latar sekolah dan diluar sekolah untuk memecahkan seluruh persoalan yang ada dalam dunia nyata. Pembelajaran kontekstual merupakan salah satu prinsip pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar dengan penuh makna. Proses in diharapkan dapat mendorong siswa untuk menyadari dan menggunakan pemahamannya untuk mengembangkan diri dan menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari
.
Jonsoh menjelaskan, 6 kunci dasar pembelajaran kontekstual, yaitu:
1. Pembelajaran bermakna. Pembelajaran akan dirasakan manfaatnya jika materi yang dipelajari memiliki keterkaitan secara langsung terhadap pengalaman dan kehidupan nyata.
2. Penerapan pengetahuan. Pada dasarnya prinsip ini merupakan ukuran bagi siswa, sejauh mana siswa dapat memahami dan memaknai apa yang telah dipelajari dan kemudian untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
3. Berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran kontekstual ini membangun siswa untuk dapat berfikir luas, kritis, kreatif, dapat menempatkan dan menyelesaikan masalah.
4. Kurikulum yang dikembangkan berdasarkan standar (standar lokal, provinsi, nasional, perkembangan IPTEK, dan dunia kerja).
5. Responsif terhadap budaya. Seorang guru harus mampu menempatkan diri jika dihadapkan terhadap perbedaan-perbedaan yang timbul (mampu memahami dan menghargai nilai, kepercayaan, kebiasaan siswa, teman, pendidik dan masyarakat)
6. Penilaian autentik, merupakan sistem penilaian yang digunakan oleh guru untuk menialai keadaan yang sebenarnya sehingga dapat merefleksikan hasil belajar yang sesungguhnya.
Dalam pendidikan, proses pembelajaran perlu kreativitas dengan tetap memperhatikan aspek kognitifnya. Kreativitas yang dilakukan dengan tetap memperhatikan terhadap aspek kognitif dilandasi oleh kenyataan bahwa perkembangan usia siswa, konteks budaya dan berbagai hal yang perlu dicari, bersifat menyapa aspek imaginatif, menatik dan menyenangkan, tanpa meninggalkan aspek pembelajaran secara utuh (kognitif-afektif serta psikomotorik).
Untuk itu ada beberapa hal yang perlu menjadi sikap atau cara pandang kita, yaitu:
1. Terbuka dan berupaya mencari berbagai kemungkinan, baik dari orang lain, buku, referensi internet dan sebagainya, agar pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
2. Utuh dan fleksibel dalam mengemas pembelajaran.
3. Terlibat secara penuh untuk mengamati, menganalisis, memahami gaya belajar dan kemampuan masing-masing siswa sehingga dapat menentukan metode yang tepat dalam pembelajaran.
4. Memotivasi siswa untuk berkeinginan belajar secara terus menerus dan memberi peluang untuk belajar sesuai dengan kemampuannya.
Pembelajaran semacam ini lebih dikenal dengan pembelajaran kontekstual. Ini merupakan suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari, yaitu dengan konteks kehidupan pribadi, sosial dan budayanya.
Implementasi pembelajaran kontekstual memungkinkan siswa untuk memperkuat, memperluas, mampu menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademisnya dalam berbagai latar sekolah dan diluar sekolah untuk memecahkan seluruh persoalan yang ada dalam dunia nyata. Pembelajaran kontekstual merupakan salah satu prinsip pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar dengan penuh makna. Proses in diharapkan dapat mendorong siswa untuk menyadari dan menggunakan pemahamannya untuk mengembangkan diri dan menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari
.
Jonsoh menjelaskan, 6 kunci dasar pembelajaran kontekstual, yaitu:
1. Pembelajaran bermakna. Pembelajaran akan dirasakan manfaatnya jika materi yang dipelajari memiliki keterkaitan secara langsung terhadap pengalaman dan kehidupan nyata.
2. Penerapan pengetahuan. Pada dasarnya prinsip ini merupakan ukuran bagi siswa, sejauh mana siswa dapat memahami dan memaknai apa yang telah dipelajari dan kemudian untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
3. Berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran kontekstual ini membangun siswa untuk dapat berfikir luas, kritis, kreatif, dapat menempatkan dan menyelesaikan masalah.
4. Kurikulum yang dikembangkan berdasarkan standar (standar lokal, provinsi, nasional, perkembangan IPTEK, dan dunia kerja).
5. Responsif terhadap budaya. Seorang guru harus mampu menempatkan diri jika dihadapkan terhadap perbedaan-perbedaan yang timbul (mampu memahami dan menghargai nilai, kepercayaan, kebiasaan siswa, teman, pendidik dan masyarakat)
6. Penilaian autentik, merupakan sistem penilaian yang digunakan oleh guru untuk menialai keadaan yang sebenarnya sehingga dapat merefleksikan hasil belajar yang sesungguhnya.
Komentar
Posting Komentar